Rabu, 29 Juli 2009

DOA ITU SEBUAH KEBUTUHAN

Suatu waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga, “Apakah kalian melakukan doa bersama?” “Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala keluarga itu, “ kami tidak punya waktu untuk itu.” Pendeta itu berkata, ”Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian tidak berdoa bersama memohon kesembuhannya?” “Oh, tentu kami akan berdoa,” jawab sang ayah. “Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah kamu tidak akan berdoa bersama?” “Kami pasti akan melakukannya.” “ Seandainya untuk tiap hari kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?” “Tentu Pak, kami akan berdoa bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanya an tadi?” “Begini pak, saya pikir masalah keluarga anda bukan soal waktu. Buktinya anda ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, Anda tidak menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau menjaga agar anak-anak tetap sehat.”

Doa seharunsya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di malam hari. Doa memberi kekuatan kepada orang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian kepada orang yang takut.. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan melipatgandakan kegembiraan kita.

Bila akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain.

Satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.

Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam roh.

( Efesus 6:18a )

Tuhan Yesus Memberkati..

Kamis, 23 Juli 2009

BERJUANG MERAIH PENGHARAPAN

(Bacaan : Roma 8:18-30)

Oleh : Pdt. Saumiman Saud

Setiap orang pasti mempunyai pengharapan tersendiri. Pengharapan itu biasanya berupa suatu cita-cita supaya keadaan hidup kelak yang lebih baik. Jika anda sebagai orang tua, pasti berharap agar kelak anak-anak anda bisa menjadi orang yang berguna. Anda biasanya tidak akan segan-segan membayar mahal untuk menyekolahkan mereka di sekolah yang paling favorit baik di Indonesia maupun luar negeri. Anda memberikannya les bahasa Inggris, Piano, Mandarin dan segala les sampai kadang-kadang anak anda itu tidak ada waktu untuk bermain. Tujuannya agar mereka lebih baik dari hari ini, paling sedikit lebih baik dari kedua orang tuanya. Jikalau hari ini anda sebagai orang muda, maka pengharapan anda lain lagi, anda mungkin berharap menjadi orang yang kaya-raya dan bahagia, lalu andapun mulai kuliah dengan baik, kemudian mencari pekerjaan yang terbaik, cari isteri yang cantik, melahirkan anak-anak yang cerdas Sdan sebagainya.


Namun semua pengharapan ini tidak selalu berjalan mulus, kadang kala anda akan mengalami liku-liku bahkan kegagalan. Anak yang sudah menghabiskan hampir separuh harta kekayaan kita ternyata tidak berguna, tidak menghormati orang tua bahkan gagal dalam menempuh sekolahnya. Tidak jarang kita mendengar anak-anak yang dikirim ke luar negeri sekolah, mereka menghambur-hamburka n uang orang tuanya, terlibat narkotika dan seks bebas. Cita-cita anda tidak pernah tercapai, apalagi ditambah dengan masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha dan dagang yang mulai sulit dan lapangan pekerjaan yang susah di dapat. Banyak orang merasa kecewa; bahkan mereka yang tamat luar negeri terpaksa harus pulang ke negeri asal gara-gara tidak berhasil mendapat pekerjaan.

Anda mulai frustrasi, stress. Mengapa? Sebab orientasi manusia adalah sesuatu yang berhasil itu baru disebut sukses, apabila tidak berhasil maka dianggap sebagai suatu kegagalan atau sial. Nah ketika kita gagal, maka muncul rasa kecewa dan putus asa yang bercampur-baur. Oleh sebab itu rasul Paulus merasa perlu menasehati kita. Ayat 18, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Kemuliaan itu merupakan pengharapan setiap orang percaya.

Alkitab yang kita baca ini mencatat bahwa, rasul Paulus mengatakan yang menantikan pengharapan itu adalah "seluruh makluk". Perhatikan bahwa, yang dimaksud "seluruh makluk" di sini adalah "seluruh ciptaan Allah", kecuali "manusia". Mengapa dikatakan begitu? Sebab di dalam ayat 23, Paulus baru mengatakan "kita juga", yang artinya kita manusia. Jelas dalam penantian itu harus melalui "proses" yang cukup panjang, dan "proses" tersebut tidak semuanya berjalan mulus dan lancar. Ada liku-likunya, di sana-sini ada berbagai kesulitannya dan penderitaan. Nah ini semua bukan merupakan keadaan yang dirindukan dan diharapkan oleh manusia; karena manusia sesuai dengan naturnya yang berdosa lebih menyukai yang senang-senang, instan dan kekayaan dari pada kesusahan, lambat-laun serta kesusahan.

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana supaya supaya kita meraih pengharapan itu? Apakah sudah menemui jalan buntu atau mandek?

1. Pengharapan bagi orang percaya itu pasti adanya

Ayat 21 menekankan kepada kita bahwa, baik penderitaan yang kita alami (8:17-18) maupun kesia-siaan yang dialami oleh ciptaan Allah (8:20) bersifat sementara, dan akan diganti dengan kemerdekaan yang mulia. Ayat 22 merupakan ilustrasi Paulus yang mengatakan bahwa penderitaan itu sifatnya seperti orang yang sakit bersalin. Bagi para ibu yang sudah pernah melahirkan tentu lebih mengerti apa yang dimaksud dengan rasa sakit bersalin. Disitulah letak perjuangan antara hidup dan mati; tetapi ketika bayi tersebut sudah lahir ke dunia ini, rasa sakit itu langsung berakhir diganti dengan sukacita. Percayalah pada suatu saat segala ciptaan akan dibebaskan dan segala ciptaan yang mengeluh akan menjadi ciptaan yang mulia! Orang percaya tidak boleh selalu berpusat pada penderitaan- penderitaan yang dialaminya pada saat ini; ia menantikan kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.

Tahun 1999 ketika saya cuti ke
Medan, saya melihat keadaan di sana cukup aman; paling sedikit dibandingkan dengan keadaan kota Jakarta waktu itu. Namun yang menyedihkan adalah keadaan perekonomian masyarakat Medan agak terganggu. Hampir 80% orang yang saya temui sedang mengeluh, mengapa? Sebab uang mereka di "ciak" (baca makan) oleh perusahaan yang bersifat Multi Level Marketing. Kalau di Surabaya yang dikenal hanya Banyumas Mulia Abadi yang menggandakan uang, namun di sana ada banyak perusahaan yang berbuat demikian. Selain Banyumas yang disebut BMA, ada juga yang disebut Higam-Net (Hidup Giat Awet Muda), ada lagi New Era, mereka semua telah melarikan uang masyarakat, bukan lagi milyar-milyar- an tetapi sudah triliun-triliun- an.

Ada seorang ayah yang saya kenal, kerjanya penjahit, ia menjual mobil Panthernya, mesin jahitnya serta rumahnya; untuk dimasukkan ke dalam perusaan Multi Level ini. Memang janjinya cukup menggiurkan; dan pada saat permulaan dia mendapat bayaran yang besar. Namun akhirnya seluruh uangnya di "ciak", sekarang bapak itu seperti orang gila yang luntang-lantung dijalanan. Belum lagi sewaktu kami hendak kembali dari
Medan, dipelabuhan Belawan; kapal yang kami tumpangi sempat tertunda 5 jam, bukan karena rusak. Tetapi ada seorang ibu yang karena stress sebab uangnya juga di "ciak", ia nekad terjun ke laut. Para awak kapal sudah berusaha mati-matian mencarinya, namun tidak ditemukan.

Apa yang dapat kita pelajari dari kenyataan ini? Sesungguhnya manusia mulai merasa gelisah dan tidak tahan akan segala kesusahan, penderitaan yang dia alami. Ketika ada kesempatan yang gampang untuk mencari keuntungan, siapa sih yang mau menolak kesempatan ini. Namun Tuhan ingin menguji kita, seberapa kuat kita boleh bertahan? Yang sangat menghibur kita lagi adalah, ingat bahwa penderitaan itu sifatnya sementara, karena kita menyembah pada Allah yang penuh pengharapan dan pasti.

2. Pengharapan bagi orang percaya membuahkan hasil yang baik

Sebagai orang percaya kita yakin bahwa semua kejadian yang terjadi dalam hidup kita ini berada di bawah pengawasan Allah. Tidak ada satu kejadianpun yang terluput, termasuk kejadian-kejadian yang bagi pandangan kita buruk, merugikan, tidak kita sukai dan yang menyakitkan. . Sebagai orang percaya kita harus yakin bahwa Allah akan mengerjakan hasil yang baik buat kita.

Banyak orang cenderung mengaitkan "prestasi" yang dicapai dengan "kesuksesan" dan "ketiadaan prestasi" dengan "kegagalan". Jikalau hari ini anda diberi sekarung emas, maka anda akan dikatakan orang sukses; jika tidak maka anda akan disebut gagal. Jika anda memperoleh selembar ijazah, maka anda akan dikatakan sebagai orang yang sukses, jika tidak maka anda gagal. Jika anda telah sanggup memikat hati wanita yang anda cintai, anda "orang yang sukses". Jika tidak, anda "orang yang gagal". Orang-orang dunia tidak mau tahu dari mana dan bagaimana caranya anda memiliki emas, memiliki ijazah, dan memiliki wanita, yang penting itulah yang kelihatan nyata di dalam hidup kita yang dianggap berhasil.

Anda yang suka menonton film Hongkong tentu mengenal Jackie Chan (Chen Lung). Karena tak dapat memberi makan ketika bayi, orang tuanya ingin menjual Jackie seharga US$26 kepada dokter kandungan Inggris yang mengantarnya. Pada umur 7 tahun, Jackie bekerja di Academy Of Chinese Opera, yang terkenal akan kedisiplinannya di mana lebih dari 10 tahun, dari pagi sampai tengah malam, tujuh hari seminggu, Jackie harus menahan diri untuk tidak melihat acara musik, tari-tarian, dan pelatihan seni perang tradisionil. Pelatihan yang ia ikuti biasanya brutal dan kasar, di mana siswanya digigit dan dibuat jerah jika tampil kurang bagus.

Nantinya ia tampil di film Hongkong sebagai stunman dan merangkak menjadi koordinator stunman lantas ia menjadi sutradara. Ketika Bruce Lee mati, Jackie dan bintang lain terpanggil mengisi kevakuman. Sayangnya ia gagal. "Sulit, sangat sulit sekali," ujar Jackie, "dari pada menjadi Bruce Lee palsu, lebih baik jadi diri sendiri"

Jackie lahir dengan nama kecilnya Steve, yang nantinya diubah Jackie Chan dan akhirnya Raymond Chow dari Golden Harvest mengubahnya menadi Jackie. Pamornya naik pada tahun 1978 dalam film Snake In Eagle's Shadow. Sekarang Jackie menjadi bintang film besar Hongkong dan berpenghasilan besar di Amerika hampir US$50 juta setahun! Orang yang masa kecilnya seperti tidak berpengharakan lagi, telah berubah menjadi sukses luar biasa. Kondisi itu dialami oleh Mr Jackie yang saya tidak tahu menahu tentang kepercayaannya. Terlebih-lebih bagi orang-orang yang percaya, saya sangat yakin bahwa Tuhan itu menjaga kita seratus persen.

Sekali lagi, orang percaya diselamatkan dari pengharapan, walaupun semua itu tidak pernah kita lihat dari mata kepala kita sendiri. Artinya hanya boleh dijalani dengan iman kepada Tuhan. Sebuah pepatah yang indah berbunyi "Lebih baik mencoba dan, dari pada gagal mencoba." Sesuai dengan Roma
8:26 Roh yang akan membantu menyelesaikan segala kesulitan yang kita alami. Oleh sebab itu , sesuai dengan firman Tuhan: "Marilah kepadaKu orang yang letih dan lesu aku akan memberikan kelegaan kepadamu", maka jangan sungkan serahkan pengharapan itu sepenuhnya kepada-Nya.

3. Pengharapan bagi orang percaya merupakan kemuliaan


A
pabila kita memperhatikan Roma 8:29-30, di sini menggambarkan seuntai rantai yang terdiri dari lima mata rantai. Mata rantai yang pertama bunyinya "Sebab semua orang yang dipilih-Nya" (terjemahan yang lebih baik untuk dipilih adalah dikenal, di sini Paulus memakai kata proginosko artinya secara harafiah "mengenal sebelumnya") . Di dalam Amos 3:2 "Kata kenal di dalam ayat ini juga berarti memilih", maka tidaklah heran apabila Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkannya dengan "dipilih-Nya dari semula"). Paulus tidak mengatakan oleh karena Allah mengenal kita dari semula maka Ia menentukan kita menjadi anak-anak-Nya, tetapi sebelum kita melakukan apa-apa, Ia sudah terlebih dahulu memilih kita; ini membuktikan kasih-karunia- Nya.

Mata rantai yang kedua berbunyi "Ditentukan dari semula" untuk menjadi gambar Allah yang sejati. Ketika kita disebut sebagai gambar Allah, maka seharusnya apa yang dialami oleh Tuhan kita Yesus, adalah pengalaman kita juga. Namun ada orang percaya yang menghindari penderitaan, maunya yang senang-senang saja; sehingga ia tidak serupa dengan Tuhan Yesus.

Mata rantai selanjutnya bunyinya, "mereka dipanggil-Nya" , kemudian "dibenarkan- Nya" dan akhirnya mereka "dimuliakan" . Tentunya ketiga mata rantai ini ada prosesnya yang tersendiri. Orang-orang yang dipanggil itu tentu merupakan suatu panggilan yang efektif dari Allah melalui iman pada Kristus. Setelah itu dibenarkan, bukan diampuni atau diselamatkan atau diberi hidup baru, sesuai dengan Roma
1:17 "Orang yang dibenarkan karena iman akan hidup". Dan akhirnya barulah masuk di dalam "kemuliaan".

Nah kelima mata rantai ini semua memakai tesses “Aorist" dengan modus indikatif, artinya suatu peristiwa yang sudah terjadi. Namun permisi tanya, apakah kita sudah dimuliakan? Mungkin sudah, tetapi ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang akan dinyatakan pada akhir zaman.

Terus terang saja, kita sebagai manusia itu tidak sabar, maunya yang sederhana, mulus, enak, gampang dan jalan tol. Kita ingin dimuliakan tetapi tanpa penderitaan atau kesulitan; bahkan bila perlu tanpa pengorbanan sedikitpun.

Konon ceritanya di sebuah Dermaga, waktu itu ada sebuah kapal penumpang bersandar di
sana. Banyak penumpang yang turun dan dijemput sanak-saudara. Di tepi dermaga ada seorang bocah yang berusia kurang lebih 5 tahun sedang mengejar balonnya yang diterpa angin pantai. Ia lari sana-sini akhirnya terjatuh ke dalam laut. Ketika melihat anak itu terjatuh banyak orang berteriak-teriak minta pertolongan. Namun tidak ada satupun diantara mereka yang berani mengambil resiko untuk menolong anak itu; karena laut itu terkenal dengan ikan buasnya.

Namun tiba-tiba ada seorang kakek yang berusia 60 tahun sudah berada di dalam laut. Dia berenang sekuat tenaga untuk menyelamatkan anak ini ke atas dermaga. Banyak orang datang memberi selamat dan samabil memuji-muji kakek ini. Datang juga wartawan bertanya kepadanya, "Apa kesan-kesan bapak waktu menolong anak anak ini?"

"Dengan tenang dan mantap kakek ini berkata, "Tunggu, tunggu sebentar; saya mau nanya. Wartawan yang ada menjadi heran, kenapa kakek itu yang balik bertanya? Lalu kakek itu berkata “Tadi siapa yang mendorong saya ke laut??" Ternyata kakek itupun tidka bermaksud menolong; tetapi karean didorong orang maka terpaksa ia menolong.
Jangan kita tertawa dahulu, bukankah cerita ini sering kali kita praktekkan? Kita ingin kemuliaan, pujian dan kehormatan; tetapi kita tidak mau melakukan pekerjaan dan kesulitan. Sebagai pengurus yang terpilih, semangat pelayanan anda mengebu-gebu pada saat beberapa bulan saja, karena baru dilantik menjadi pengurus. Anda merasa bangga dan senang karena nama anda selalu muncul di warta gereja. Tetapi hal itu berjalan sebentar saja, tatkala anda kecewa, sakit hati, marah; semangat itu menjadi buyar. Coba ingat kemabli. kita tidak bertanggung jawab pada ketua majelis atau pada pendeta, tetapi kita langsung bertanggung jawab pada Tuhan. Jangan coba-coba menghalangi pekerjaan Tuhan. Raihlah pengharapan maka nama Tuhan dimuliakan.

Selamat Berjuang..... Tuhan Memberkati......

Sumber : Kiriman Dari Sahabat Seiman Kristen

Selasa, 21 Juli 2009

HIDUP DALAM KEINGINAN DAGING

Saudara yang kekasih, hidup dalam kedagingan adalah cara hidup yang penuh dengan nafsu atau keinginan-keinginan duniawi. Kata daging yang digunakan oleh Paulus di kitab Roma selalu berarti daging yang dikuasai oleh dosa, oleh nafsu keinginan daging. Mengapa Paulus memakai kata daging yang dikuasai oleh nafsu dosa tersebut pada orang beriman? Bukankah Roh Kudus diam dalam diri orang beriman dan hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus juga? Memang benar, dan sudah diuraikan dibagian pertama, dan secara theologis memang demikian, bahkan Paulus berkata pada jemaat Galatia (Gal. 5:16-17) agar mereka hidup oleh Roh, maka dengan demikian mereka tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging. Untuk jelasnya dapat di baca di Galatia 5:19-21 dan bandingkan dengan ayat 22, 23.

Jadi, orang beriman bukan berarti tidak ada lagi keinginan dagingnya, dia masih hidup dalam tubuhnya yang terdiri dari darah dan daging. Tubuhnya belum berubah menjadi malaikat, atau tubuh kebangkitan. Dalam tubuh dagingnya masih memiliki keinginan daging, keinginan itu bukan hanya soal percabulan, kecemaran, hawa nafsu sex, tetapi juga soal ketenaran yang mencuri kemuliaan Tuhan, ingin menjadi besar dan berkuasa dalam gereja, ingin dipuji, ingin dianggap hebat. Keinginan yang tidak mencerminkan adanya buah Roh Kudus. Galatia 5:22-23. Bukankah masih banyak orang Kristen yang demikian dalam gereja?

Jika boleh saya ambil contoh Yohanes dan Yakobus yang menginginkan kedudukan dalam Kerajaan Sorga, yaitu duduk disebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus, Ooh luar biasa sekali, permintaan yang tidak tanggung-tanggung. Tetapi apakah mereka mengerti dengan apa yang mereka minta? Kedua murid ini hanya tahu kemuliaan, kekuasaan, kebanggaan dalam kedudukan tinggi. Mereka hanya menginginkan hormat dan dilayani oleh orang, dan yang penting, kalau boleh sekali-kali seperti Yudas Iskariot koropsi sedikit uang persembahan.

Hari ini banyak sekali ajaran-ajaran mengenai Allah Roh Kudus yang tidak benar telah diajarkan oleh hamba Tuhan kepada jemaat dalam gereja. (saya tidak tahu hamba Tuhan tersebut tamatan dari sekolah theologi mana) Mereka demikian berani mengajar dengan tanda dasar Alkitab yang benar dan kuat. Akibatnya banyak jemaat yang menjadi bingung oleh bingunglogi.

Ilustrasi: Contoh 1. Beberapa tahun yang lalu gereja dilanda oleh ajaran ketawa dalam Roh, orang yang katanya dipenuhi atau dibaptis dalam Roh Kudus akan ketawa terbahak-bahak tanpa dapat berhenti, ada yang sampai 4 atau 5 jam. Ajaran ini sekarang sudah hilang. Penganjurnya berkata: Oleh karena dengan bertambah majunya pengetahuan theologi dan pengenalan ajaran Tuhan tentu ada perubahan pandangan secara theologi.

Kita harus mengerti jika hamba Tuhan memiliki pengetahuan theologi dan Alkitab secara benar dan mantap tentu tidak akan mengatakan kalimat tersebut. Orang yang tidak memiliki keteguhan dalam theologi dan kebenaran Alkitab mudah diombang ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran palsu.

Contoh 2. Akhir-akhir ini banyak sekali ajaran tentang akhir zaman bahkan beraninya mengatakan tanda dan tanggal yang pasti, Tuhan Yesus sendiri mengatakan tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja, tetapi apa kata hamba Tuhan yang luar biasa hebatnya ini? Oh Saudara-saudara Allah Roh Kudus telah memberitahukan pada saya tentang ajaran akhir zaman ini. Memang Tuhan Yesus tidak tahu, malaikatpun tidak, tetapi Allah Roh Kudus tahu akan waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Oleh karena itu Dia telah berkata-kata pada saya dalam bahasa Roh.

Ajaran ini bagi saya lebih tercermin hidup dipimpin oleh kedagingan yang penuh nafsu membesarkan diri, ingin menyatakan diri sebagai hamba Tuhan yang maha hebat. Ajaran yang sama sekali tidak membawa kemuliaan bagi Allah. Kita perlu ingat, bahwa hamba Tuhan yang dipenuhi oleh Roh Kudus akan berubah jadi rendah hati, tidak sombong, pelayanannya hanya memberikan kemuliaan bagi Tuhan Yesus.

Hari ini mungkin kita mendengar suatu ajaran yang selama ini berbeda dengan keyakinan atau pendapat theologis kita, tidak apa-apa, yang terpenting selidikilah secara benar akan ajaran-ajaran dogma atau sistimatis theologi dari buku-buku dogma yang baik. Maka kita akan lebih mengenal dan memahami theologi khususnya mengenai Oknum Allah Roh Kudus. Jika ajaran yang kita dengar berbeda dengan apa yang kita yakini selama ini selidikilah beberapa buku theologi yang baik, maka kita akan menemukan kebenaran.

Jika Allah Roh kudus memimpin jalan hidup kita pasti perjalanan iman kita akan bertumbuh dengan benar, hidup kedagingan akan memudar bahkan hilang dari kehidupan kita. Perjalanan yang indah akan kita rasakan bersama Allah Roh Kudus. Maukah hidup kita dipimpin oleh Allah Roh Kudus? Tuhan memberkati! Amin.


Sumber : Kiriman Dari Sahabat Seiman Kristen, Tanggal 19 Juni 2009

HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS

Bacaan : Roma 8 : 9

Ayat ini berkata dengan jelas tentang Roh Kudus juga berbicara tentang Roh Allah, dan Roh Kristus dalam satu ayat. Secara theologis memang disebutkan bahwa Roh Kudus bukanlah Bapa, juga bukanlah Yesus Kristus, tetapi adalah Allah. Orang yang percaya jika hidup dalam Roh Kudus, berarti Roh Allah juga berdiam dalam orang percaya, nah jika pada saat itu orang tersebut tidak memiliki Roh Kristus berarti ia bukan milik Kristus. Keadaan demikian tentu tidaklah mungkin sebab Roh Kudus adalah Roh, Roh Allah juga adalah Roh, Roh Kristus juga adalah Roh. Ketiga Roh tersebut adalah Roh yang sama yaitu Roh Allah Tritunggal.

Jika manusia yang percaya pada Tuhan Yesus hidup dipimpin oleh Roh Kudus, maka orang tersebut tidak lagi hidup dalam daging (tabiat duniawi), tetapi dapat dikatakan orang beriman tersebut hidup di dalam penguasaan Roh Kudus. Orang yang dibawah pimpinan Roh hidupnya berbeda dengan kehidupan biasa, sebab hatinya rindu akan firman atau melakukan firman Tuhan, rindu berdoa atau bersaksi. Juga, berarti orang tersebut dapat tidak melakukan dosa, sebab hatinya takut akan Tuhan, jijik terhadap dosa, hati nuraninya juga bersuara dengan benar.

Di samping itu kita perlu kita mengerti makna ayat 9 ini, yang dimaksud Paulus bukan perorangan tetapi 'kamu' sebagai kesatuan, sebagai persekutuan, sebagai rumah Allah. Bandingkan 1 Korintus 12:13 'menjadi satu tubuh.' Kita sudah dibaptiskan di dalam satu Roh menjadi satu tubuh, baik orang Yahudi, baik orang Gerika, baik abdi, baik orang merdeka, maka sekalian diisi dengan Roh yang satu. Tidak ada perbedaan suku dan ras lagi. Bdk. 1 Korintus 6:7; Efesus 4:4. Semua orang percaya menjadi satu dalam Roh.

Arti baptis di sini adalah dimasukkan ke dalam Roh yang sama, theologi Paulus tidak mengatakan bahwa orang yang telah dibaptis oleh Roh Kudus itu harus ada dengan tanda-tanda karunia, khususnya bahasa lidah atau bernubuat. Jadi gagasan rasul Paulus (Alkitab) ialah, bahwa orang beriman dimasukan (dibaptiskan) ke dalam hubungan yang baru dengan Kristus, di mana Roh Kudus menguasai hidup orang beriman tadi. Ungkapan ini mungkin masih perlu penjelasan, yaitu bagaimana Roh Kudus itu menguasai hidup orang beriman. Yang tadinya tidak dapat berdoa sekarang mulai dapat, mulai memperhatikan perkara-perkara rohani, berusaha menjauhkan diri dari perbuatan dosa, mulai suka membaca Alkitab, berani bersaksi tentang injil keselamatan.

Semua ini menyatakan bahwa Roh Kudus memberikan kehidupan yang baru pada orang beriman, yaitu menghidupkan orang yang tadinya mati oleh dosanya. Sedangkan baptisan Roh Kudus menunjuk pada Allah yang memberikan kuasa pada umatNya untuk pelayanan. Dengan demikian orang beriman dapat mengungkapkan suatu hidup yang dikuasai Roh Kudus, yang gemar akan Roh Kudus, yang mau dipimpin serta berjalan-jalan bersama di dalam Roh Kudus. Inilah penyerahan diri yang dikuasai Roh Kudus. Ada satu hal yang penting, pemeteraian Roh Kudus Efesus 1:14 juga memberi arti bahwa orang percaya sudah berada dalam Roh Kudus. Dan Paulus tidak berbicara soal tanda-tanda orang yang dibaptiskan dalam Roh Kudus di kitab Efesus. Tetapi tanda-tanda penuh Roh Kudus atau mendukakan Roh Kudus ada dibicarakan.

Ilustrasi: Saudara, suatu kali saya mendengar siaran khotbah di TV, Yang menjadi pembicara saat itu adalah seorang hamba Tuhan wanita bersama dengan seorang hamba Tuhan lainnya. Salah satu kalimat yang disampaikan oleh hamba Tuhan wanita di TV itu demikian:' Aku memberikan kebebasan kepada Roh Kudus bekerja secara heran dalam acara ini.' Ketika saya dengar saya menjadi terkejut, apakah tidak salah dengan kalimat yang baru saya dengar itu. Luar biasa sekali Penginjil wanita ini, dia sangat berkuasa sehingga dapat memberikan kebebasan kepada Roh Kudus untuk bekerja secara heran dalam acara siaran TV tersebut. Penginjil ini berkuasa memimpin Roh Kudus bukan dipimpin. Kemudian dia juga berkata, saat ini Roh Kudus telah berkata pada saya bahwa ada diantara pemirsa yang sakit di dada atau dikepala, percayalah bahwa Roh Kudus Allah sedang akan menyembuhkan saudara, letakanlah tangan anda pada bagian yang sakit. Ikutilah saya berdoa. Kedengarannya luar biasa sekali khotbahnya, pada suatu kali sewaktu pelawatan ada jemaat yang bertanya, kenapa saya tidak sembuh ya, pada hal saya yakin dan mengikuti doa yang diucapkan oleh penginjil wanita itu di TV.

Pertanyaan ini telah membuat saya bingung, tidak menjawab ya salah, jawab juga salah, saya hanya tahu bahwa jemaat yang bertanya itu berusia 93 tahun, dia tidak sakit tapi sudah tua, badannya sudah tidak kuat, tidak ada daya lagi untuk menyanggah tubuhnya yang telah tua renta. Itu yang saya mengerti.

Saudara yang kekasih, saya pernah mendengar suatu ajaran mengenai orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, ceritanya sebagai beribut, ada seorang ibu yang kata orang segerejanya bahwa dia dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga ibu ini disebut ibu Roh Kudus. Ibu ini berdoa dan dapat melihat hari depan orang, dapat melihat feng sui (tata letak) rumah orang baik atau jahat. Dapat juga menolak bala atau nasib sial seseorang. Dapat menyelesaikan persoalan WIL atau PIL dalam keributan rumah tangga.

Bukankah ajaran yang demikian sesasional sekali? Ibu Roh Kudus ini telah berkeliling Jawa Barat menjajakan ajarannya sambil buka praktek. Bukan hanya menerima persembahan tetapi juga dia menentukan tarif konsultasinya.

Contoh diatas menyatakan pada kita bahwa banyak hamba Tuhan yang tidak mengerti, tidak memahami makna dan maksud dari Alkitab, tetapi hanya memakai theologi perasaan, tafsiran tanpa dasar Alkitab. Lebih banyak memakai pikiran yang tidak berdasarkan pandangan dogmatis gereja yang benar.

Akhirnya, bukankah ajaran-ajaran demikian telah mengakibatkan bingunglogi? Pada hal Alkitab tidak pernah memberikan contoh yang demikian, juga, saya jamin lah, itu bukan pekerjaan Allah Roh Kudus.


Sumber : kiriman dari Sahabat Seiman Kristen tanggal 19 Juni 2009

Senin, 20 Juli 2009

Ia Memanggil Orang Yang Dikehendaki-Nya

“Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki- Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia” (Mrk 3:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Yesus memanggil dua belas orang yang dikehendakiNya untuk mengikutiNya secara khusus, menjadi rasul-rasulNya, senantiasa hidup bersamaNya dengan meninggalkan segala sesuatu yang dimiliki mereka. Hidup terpanggil sesuai kehendak Tuhan, itulah yang kiranya layak kita renungkan atau refleksikan. Hidup sebagai imam, bruder atau suster, suam-isteri, pekerja atau pelajar, dst. hemat saya juga merupakan panggilan sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, maka marilah kita mawas diri perihal panggilan kita masing-masing. Sebagai yang terpanggil kita harus melaksanakan kehendak Tuhan dan meninggalkan kemauan, keinginan atau kehendak diri sendiri. Kehendak Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam janji-janji yang pernah kita ikrarkan. (1) Sebagai imam kita berjanji untuk hidup tidak menikah dan tidak menikmati hal-hal atau kenikmatan yang erat kaitannya dengan kenikmatan yang dihayati oleh suami-isteri, serta taat kepada Uskup atau Pembesar kita, (2) sebagai bruder atau suster atau biarawan kita berkehendak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dengan menghayati keutamaan kaul ketaatan, kemurnian dan kemiskinan, (3) sebagai suami-isteri kita telah meninggalkan orangtua kita masing-masing dan menjadi ‘satu daging’ sebagai suami-isteri, saling mengasihi sampai mati, (4) sebagai pekerja atau pelajar kita berjanji untuk melaksanakan aneka aturan dan tatanan dalam kerja atau belajar. Kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas ‘lembaga’ dimana kita bergabung. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam menghayati panggilan kita masing-masing. Karena panggilan itu kita imani merupakan anugerah Allah atau datang dari Allah, maka untuk berusaha setia pada panggilan antara lain tidak melupakan untuk senantiasa berkomunkasi dengan Allah alias berdoa, entah secara pribadi atau bersama-sama.

"Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka."(Ibr 8:10-12), demikian janji Allah kepada kita semua yang terpanggil. “Hukum Tuhan atau kehendak Tuhan” ada di dalam akal budi kita dan tertulis dalam hati kita, maka kita dipanggil untuk memiliki cara berpikir dan berkehendak sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, bukan mengikuti pikiran atau kehendak sendiri alias ‘semau gue’ atau ‘seenaknya sendiri’. Karena Tuhan hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, maka antar kita tidak ada seorangpun yang saling melecehkan atau menyalahkan, melainkan yang terjadi adalah saling mengasihani dan mengampuni. Kita tidak akan mengingat-ingat kesalahan sesama atau saudara-saudari kita maupun diri sendiri, karena Tuhan telah menganugerahi kita kasih pengampunan secara melimpah ruah. Kita semua dipanggil untuk saling melihat, mengakui dan mengimani apa yang baik, luhur, mulia dan suci yang ada di dalam diri kita masing-masing dan sesama kita alias senantiasa berpikiran positif (‘positive thinking’), dan kemudian mensinerjikannya demi kebahagiaan dan kesejahteraan hidup bersama. Untuk semakin terampil mengenali kehendak Tuhan hendaknya setiap hari melakukan pemeriksaan batin secara pribadi, dan mungkin secara periodik bersama-sama dalam keluarga atau komunitas dengan mengadakan ‘percakapan bersama dalam Tuhan’. Marilah kita saling boros waktu dan tenaga kepada saudara-saudari kita yang terkasih untuk bercakap-cakap bersama dalam Tuhan, bertukar pengalaman akan karya Tuhan dalam diri kita masing-masing.

“Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan “ (Mzm 85:10-11-13. 14).


Jakarta, 23 Januari 2009

Pastor Ign Sumarya SJ

Tulisan ini disadur dari kiriman sahabat_seiman_kristen@yahoogroup.com

MENGAPA TUHAN MEMBERI KITA MASALAH?

Masalah-masalah yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Tuhan menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untuk bertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari

masalah-masalah tersebut. Ada lima cara Tuhan menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan kita untuk menjadi sesuatu kebaikan bagi kita:

1) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita. Kadang-kadang Tuhan harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Tuhan pakai untuk menarik perhatian kita.

2) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGUJI kita. Manusia bagaikan teh celup… jika anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Tuhan kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3).

3) Tuhan menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita. Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu… kesehatan, teman, hubungan…, saat kita sudah kehilangan. "Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan -Mu." (Mazmur 119:71).

4) Tuhan menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita. Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang Kristen yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi bossnya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara,karena setahun kemudian tindakan boss itu terbongkar. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan…" (Kejadian 50:20).

5) Tuhan menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita. Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Tuhan lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kekal. " … Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudusyang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-4)


Sumber: sahabatseiman_kristen@yahoogroup.com